Moderasi Beragama di Era Digital

Modernisasi beragama adalah media bahagia di antaranya keragaman agama di Indonesia. Moderasi adalah budaya kepulauan paralel, dan bukan saling meniadakan antar agama dan kearifan lokal. Bukan milik satu sama lain berkonflik tapi mencari solusi dengan saling toleransi. Masyarakat Indonesia berbangsa beraneka ragam, meliputi banyak suku, bahasa, agama, budaya, dan status sosial. Peran masyarakat Islam Indoesia dalam menghadapi modernisasi agama haruslah bijak, sehingga sudah sepantasnya setiap orang di mana saja hidup rukun berdampingan dengan latar belakang yang berbeda.

Melihat realitas keragaman masyarakat Indonesia, dapat dibayangkan keragaman pendapat, pandangan, keyakinan dan kepentingan seluruh warga negara, termasuk dalam masalah agama. Radikalisme merupakan salah satu ancaman terbesar yang dapat  memecah belah bangsa. Radikalisme adalah suatu paham ideology yang bersifat keras atau bersifat pemaksaan dalam suatu tatanan kehidupan bangsa. Dampak dari banyaknya gerakan radikal yang muncul dengan mengatasnamakan agama dan kelompok tertentu. Orang-orang kita lebih waspada terhadap apa yang “berbeda”, tentang apa yang dianggap “asing”. Bahkan tidak jarang perbedaan-perbedaan yang disebutkan itu dianggap sebagai "Penyimpangan".

Di era digital, perlunya penegasan ulang tentang konsep moderasi beragama, mensyiarkan urgensi bermoderasi serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari apalagi di era digital maka semakin mudah bagi siapa saja yang ingin menyebarkan dakwah dengan didukung kemajuan teknologi informasi sehingga mempermudah dakwah menjadi efektif dan efisien. Diharapkan dengan metode dakwah media sosial konsep moderasi beragama bukan menadi hal asing lagi dikalangan masyarakat muslim maupun non muslim termask dalam upaya pencegahan radikalisme.

Pada masa kini, kemajuan membawa dampak bagi masyarakat. Termasuk didalamnya kemajuan teknologi informasi tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, pantangan agama sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, terutama di era teknologi modern. Hal ini terjadi karena krisis identitas dimana mayoritas agama menolak modernisasi. Dengan penolakan modernisasi yang diklaim negara-negara Barat terhadap masyarakat Muslim, terjadi penurunan kemunculan ekstremisme sebagai bentuk ekspresi.

Hal ini dikarenakan bahwa agama apapun itu dan dimanapun itu, memiliki sifat pilih kasih yang sarat dengan muatan sentimental dan subjektivitas yang kuat, hampir selalu menimbulkan ikatan emosional di hati para anggotanya. Bahkan bagi penganutnya yang fanatik, agama adalah “objek” yang sakral dan angker. Bukannya menjalani kehidupan yang aman dan damai, mereka sering melakukan fanatisme ekstrem terhadap kebenaran tafsiran agama yang menimbulkan permusuhan dan perselisihan.

Radikalisme agama dapat mempengaruhi banyak kelompok atau denominasi yang berbeda dalam agama yang sama (sekte atau agama batin), atau terjadi pada kelompok yang berbeda dalam agama (komunitas) yang berbeda, atau antaragama). Seringkali, timbulnya konflik dengan latar belakang agama ini dipicu oleh sikap saling menyalahkan atas penafsiran dan pemahaman agama, perasaan terlena dan tidak terbuka terhadap solusi  alternatif. Untuk menghadapi situasi keagamaan di Indonesia yang sangat beragam  seperti diuraikan di atas, diperlukan suatu peran dari masyarakat yang dapat menciptakan  kerukunan dan kedamaian dalam menjalankan kehidupan beragama, terutama yang berpihak pada pantangan beragama.

Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir, konflik tak terkendali sering terjadi, merujuk pada SARA, seperti penyerangan terhadap kuil, pengeboman gereja, pembakaran Masjid, bahkan ormas melakukan tindakan kekerasan. Bentrokan terjadi antara pendukung kelompok agama yang terjadi di sana, di antaranya diidentifikasi sebagai pelaku.Oleh karena itu, moderasi beragama di zaman modern ini sangat penting.

Moderasi agama sebagai sarana mediasi untuk menyatukan perbedaan antar agama dan antar agama yang berbeda. Moderasi beragama juga dapat mencegah radikalisme di masyarakat. Mampu menghindari dan meminimalisir paham radikal yang terjadi di masyarakat. Hal itu tidak terlepas dari peran masyarakat dengan ikut serta aktif dalam memperkuat modernisasi beragama.

Cara memperkuat moderasi beragama, masyarakat dapat mensyiarkan pemahaman moderasi agama di mana saja dimulai dari lingkungan keluarga, lembaga pendidikan kemudia masyarakat umum. Tidak ketinggalan yakni melalui sebuah media virtual atau media sosial. Kita dapat manfaatkan media sosial sebagai sarana dakwah setiap hari. Dengan membranding dakwah islam maka islam akan semakin luas melalui pembuatan konten islami dan utama yakni tentang pemahaman konsep moderasi beragama itu sendiri.

Pada kehidupan sekarang ini, dengan Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, modernisasi beragama sangatlah penting untuk mengcegah terjadinya perpecahan bangsa, seperti radikalisme beragama. Radikalisme merupakan tantangan bagi umat Islam dan masyarakat pada umumnya.Oleh karena itu, pantangan agama sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga memerlukan peran masyarakat di dalamnya. Salah satunya dengan memanfaatkan media dakwah melaui sebuah media sosial.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Qur'an Sebagai Pedoman Hidup

The Living Al-Qur’an di Nusantara

Sastra yang Bagus (Muhammad Iqbal)