Perilaku Seorang Anak yang Tidak Menghormati Orang Tua

 URAIAN PERMASALAHAN:

  Cerita yang saya angkat dalam permasalah ini  berangkat dari sebuah kejadian nyata yang pernah saya saksikan sekitar satu tahun yang lalu tentang pembinaan akhlak seorang anak yang kurang baik, tidak memiliki perilaku sopan santun dan hormat kepada kedua orang tua dan keluarganya.

 Singkat cerita, di suatu pagi hari saya pergi ke rumah tetangga saya yang rumahnya tidak jauh dengan tujuan menebeng wifi di rumahnya untuk keperluan presentasi kuliah. Selama satu jam saya duduk di ruang tamu kondisi rumah sangat tenang, tuan rumah menyuguhkan minuman dan mengobrol santai dengan saya. Tiba-tiba dari ruang tengah dan dapur terdengar jelas suara pertengakaran antara seorang cucu dan nenek. Namanya Julaikha, ia masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar. 

Ibunya bergegas menuju ruang tengah untuk bertanya kepada anaknya sebab permasalahan, si anak dengan nada yang keras, kasar, dan emosi memberi kejelasan pada si ibu. Saat itu juga saya dengan tidak sengaja mendengar perdebatan mereka, ternyata permasalahannya yaitu buku tulis Julaikha yang ditaruh di meja makan 30 menit sebelum pergi hilang, dicari kesana kemari tidak ketemu dan akhirnya tanpa basa basi bertanya, anak tersebut langsung memarahi neneknya termasuk juga kakek dan ayahnya di ruang tengah. Marah dengan mengucap kata-kata kasar dan keras yang semestinya tidak patut dilakukan si anak terhadap orang tua. Si anak terus menyalahkan kejadian tersebut karena ulah si nenek, katanya karena si nenek tua itu tangannya suka usil dari tadi berada di tempat itu. Si nenek berusaha pelan menjelaskan kebenaranya bahwa buku tersebut sudah neneknya pindahkan ke ruang belajar dengan tujuan agar buku cucunya tidak rusak dan hilang. Ayahnya juga ikut angkat bicara dengan nada tinggi dan sedikit emosi atas kelakuan anak, maksud hati ingin menasihati agar anakanya membiasakan diri mencari kebenaran dan tidak menuduh orang sembarangan. Namun Julaikha sama sekali tidak sadar dan memiliki merasa bersalah, tidak sopan santun, juga tidak menghargai orang tua, dia justru memarahi mereka yang ada disitu. Perdebatan berlangsung hampir 15 menit, kondisi rumah memanas. Orang tua anak tidak berusaha menenangkan, Ibunya juga berbicara terus dampaknya malah memancing kemarahan si anak kembali membentak neneknya. 

Saya yang sedari tadi duduk seorang diri di ruang tamu seakan berpura-pura tidak mendengar kejadian di belakang yang padahal sangat jelas didengar oleh rumah depannya. Ibunya kembali ke ruang tamu, sedikit bercerita tentang permasalahan yang terjadi antara anaknya dan neneknya. Ibunya bilang “Capek saya setiap hari Julaikha sudah saya nasihati keras malah ikut bicara keras, emosi terus saya menghadapi kelakuan Julaikha, nanti kalau sudah di kerasin sama-sama debat dengan saya dan bapaknya sampai dia menang dan puas baru akan diam”. Jelas si Ibu tentang kebiasaan Julaikha.

15 menit setelah kejadian tersebut saya segera pamit untuk pulang karena ada rasa tidak nyaman kalau tuan rumahnya saja sedang ribut. Setelah saya sampai rumah, saya menceritakan kejadiaan tadi terutama tentang sifat Julaikha kepada ibu saya. Dan ternyata kata ibu saya sudah lama anak tersebut berperilaku tidak sopan, berani dan tidak menghormati orang tua di keluarganya, padahal ketika anak tersebut bertemu orang tua di luar bersikap biasa saja. Sejenak saya berpikir mungkin hal tersebut dampak dari pola pengasuhan orang tuanya yang sering tidak mengontrol emosi di depan anak sehingga berdampak pada karakter anak yang tidak baik. 

_______________________________________________

SOLUSI :

Menanggapi dari uraian permasalahan yang pernah saya temui tersebut, saya akan memberi solusi dari sudut pandang saya sendiri tentang pembinaan akhlak atau karakter anak di dalam lingkungan pendidikan keluarga sesuai dengan keilmuan Pendidikan Agama Islam ( PAI).

 Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang mencakup aspek kehidupan baik duniawi maupun ukhrawi dapat bermakna sebagai Tarbiyah, Ta`lim, dan Ta`dib. Tarbiyah yaitu menjaga memelihara, mengembangkan, dan mengerahkan potensi dan fitrah anak secara bertahap (Pengasuhan). Kemudian Ta`lim adalah proses transmisi ilmu pengetahuan secara bertahap pada jiwa individu(Pengajaran). Dan Ta`dib mencakup unsure-unsur pengtahuan, pengajaran, dan pengasuhan yang baik.

Berangkat dari uraian masalah di atas, menurut saya sedari awal pola pendidikan yang diterapkan dalam keuarga tersebut belum benar dan tidak sesuai dengan pendidikan Islam. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak, karakter anak, kebiasaan, hingga kesuksesan anak disebabkan karena pengaruh pola asuh orang tua dan keluarganya. Pembiasaan anak dimulai dari pembiasaan orang tua dengan cara mengamati kemudian si anak mencontohnya. Oleh sebab itu, maka oarng tua harus memberi contoh yang baik, memberi nasihat, juga motivasi dengan penuh rasa kasih sayang. 

Seperti kejadian dalam kasus diatas si anak, Julaikha ini kata ibunya sering emosi, berkata keras dan kasar, membentak orang tua seperti kejadian yang telah saya saksikan. Menurut saya hal seperti itu bisa terjadi karena orang tuanya sendiri, terutama ibu disini sebagai “Madrasatul Ulla” madrasah pertama si anak tapi justru sering berakata kasar dan memberi nasihat kepada anak dengan cara emosi, meluapkan segala emosinya tanpa memikirkan dampak kedepannya apakah si anak akan menemui perubahan jera atau tidak.  

Pemecahan masalah yang ideal menurut pendapat saya adalah dengan 

 1. Merubah pola asuh orang tua dengan lebih baik dan secara islami

Pola asuh orang tua adalah cara yang dipakai orang tua dalam lingkungan keluarga untuk memberi bimbingan dan pengalaman serta pengawasan kepada anak hingga membentuk suatu kepribadian dari dalam diri anak. Pola asuh berdasarkan ajaran Islam mengedepankan : Keteladanan, pembiasaan, perhatian, nasihat dan hukuman. 

Keteladanan, orang tua dapat memberi tauladan dengan mengurangi emosi atau ketika memberi nasehat kepada anak harus berusaha dengan ketenangan hati dan penuh kasih sayang sehingga anak juga tidak akan mudah terbawa sifat marah dan kasar. Dengan kasih sayang yang tulus anak akan mengikuti bagaimana memperlakukan kasih sayang kepada orang lain.

Pembiasaan, anak dapat diajarkan tentang pembiasaan sabar dalam hal apapun. Ini tentu juga harus dimulai dari orang tua. Seperti ketika anak mencari barangnya yang hilang maka arahkan anak untuk tetap tenang dengan mengajak mencarinya bersama. Lebih banyak berikan wawasan tentang penanaman akhlak yang baik sesuai Islam kaitkan dengan kejadian di kehidupan anak sehari-hari, terutama tentang cara menghormati orang tua, tata cara sopan santun dan dampaknya jika membantah atau durhaka kepada orang yang lebih tua.

Perhatian, Orang tua arus memberi perhatian lebih kepada si anak sehingga anak tidak menggemis perhatian orang sekitar dengan cara yang tidak wajar. Seperti meluangkan waktu dengan anak untuk belajar bersama dan menjadi tempat cerita bagi si anak.

Nasihat, Seperti dalam uraian cerita tadi ibu dan bapaknya memberi nasihat dengan cara emosi dan keras pada anak saat kejadian, akibatnya anak tidak akan merspon teguran atau nasihat sebab kedunya sama-sama dalam keadaan emosi, bahkan besoknya lagi jika ada kesalahan atau kejadian yang sama si anak  akan mengulangi tidak kesopanannya dan terus membantah apabila pola asuh orang tua tidak dirubah. Dibutuhkan ruang dan  waktu sendiri untuk memberi nasihat dengan anak saat keadaan sudah tidak memanas, bisa juga dengan memberikan perjanjian jika anak melakukan kesalahan sama maka janjikan anak akan mendapati sebuah hukuman

Hukuman (Punishment), Hukuman disini dimaksudkan adalah untuk membuat anak jera namun pemberian hukuman hendaknya memepertimbangkan dengan besar kesalahan anak. Hukuman bisa dilakukan dengan fisik namun harus sesuai dengan ketentuan islam. 

 2. Pembiasaan Akhlak Islami

 Akhlak adalah berarti perangai tingkah laku, akhlak yang baik adalah akhlak yang sesuai Islam seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW bersumber dari Al-Quràn dan Sunah Rasul. Untuk menanamkan pembiasaan sifat-sifat baik dapat dilkukan dengan mengajari anak tersebut belajar mengaji di TPQ selain anak bisa mengaji anak akan banyak mendapat pendidikan akhlak lebih banyak, membiasakan sabar dengan melatih puasa sunnah, dan awasi pergaulan anak dengan lingkungan yang membawa dampak positif. Lakukan pembiasaan akhlak yang baik sedikit demi sedikit dan berkelanjutan. Seperti memberi wawasan anak tentang manfaat berperilaku santun seperti ; orang yang berperilaku santun akan disenangi orang lain dan diterima dengan mudah untuk bergaul dengan siapapun, menunjang kesuksesan dimasa depan, dicintai Allah SWT dan Rasulullah SAW. Menurut saya jika hal tersebut terus diberikan pada anak maka sedikit demi sedikit dapat merubah sifat buruknya.

_______________________________________________



Komentar

  1. mungkin yang perlu digaungkan juga selain adab anak ke orang tua, perlunya juga adab orang tua ke anak. Karena bagaimanapun kadang perilaku anak mencontohkan perilaku orang tuanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar kak, orang tua sudah seharusnya menjadi contoh yg baik

      Hapus
  2. Saya pernah pas lagi main ke playground komplek apartemen saya, saya melihat sendiri ada anak kurang ajar (kurang diajar ya namanya emang kurang ajar lah). Dia maki-makin pengasuhnya, kayaknya pengasuhnya juga takut sama dia. Makian dengan perkataan mengerikan yang saya sendiri saja sepertinya belum pernah melontarkannya.

    Horor banget. Efek internet apa gimana. Ini juga sih, ruang maya. Bagai pedang bermata dua. Bisa membangun, bisa juga membumihanguskan.

    BalasHapus
  3. anak memang belajar dari apa yang dilihatnya setiap hari. Apa yang dilakukan orang tua tanpa sengaja akan dicontoh dan akan menjadi karakter yang setiap hari tumbuh. Sehingga sebagai orang dewasa, kita patut berhati-hati baik ucapan maupun tindakan saat berada di depan anak kecil karena akan ditiru apapun yang dilihat oleh anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama anak termasuk di dalamnya ada orangtuanya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Qur'an Sebagai Pedoman Hidup

The Living Al-Qur’an di Nusantara

Sastra yang Bagus (Muhammad Iqbal)