Pengaruh Pendidikan Karakter dan Pendidikan Agama Terhadap Moral Siswa Sekolah Dasar di Era Society 0.5

Abstrak 

Artikel ini akan membahas tentang pengaruh pendidikan karakter dan pendidikan agama terhadap moral siswa sekolah dasar di era society, Karakter pendidikan, itu benar-benar untuk diperlukan tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah, di lingkungan masyarakat atau sosial. dalam pengaruh pembentukan karakter peserta didik, pendidikan agama merupakan salah satu pilar pendidikan karakter yang paling utama. Pendidikan karakter akan tumbuh dengan baik jika dimulai dari tertanamnya jiwa keberagaman pada anak, Dengan mengajarkan pendidikan agama supaya bisa membentuk kepribadian pada diri siswa yang tercermin dalam tingkah laku dan pola pikirnya dalam kehidupan sehari hari. Maka karakter merupakan mustika hidup yang dimiliki manusia untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran. Dan pendidikan karakter juga merupakan sebuah usaha untuk menerapkan nilai-nilai agama, moral, etika pada peserta didik, melalui ilmu pengetahuan , dengan dibantu oleh orang tua , guru serta masyarakat yang sangat penting dalam pembentukan dan perkembangan karakter peserta didik. Setiap anak memiliki potensi yang baik sejak lahir, namun potensi tersebut harus terus diasah dan disosialisasikan dengan baik agar karakter setiap anak terbentuk dan berkembang secara maksimal.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Pendidikan Agama, dan Sekolah Dasar.

Latar Belakang

Pendidikan adalah proses perubahan tingkah laku, penambahan ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup agar peserta didik menjadi lebih dewasa dalam pemikiran dan sikap. Pendidikan karakter menjadi isu yang penting dalam suatu dunia pendidikan, akhir-akhir ini, hal ini berkaitan dengan fenomena dekadensi moral yang terjadi ditengah-tengah masyarakat maupun dilingkungan pemerintahan yang semakin meningkat dan beragam. Pendidikan karakter menjadi sebuah penyelenggara pendidikan diharapkan dapat menjadi tempat yang mampu mewujudkan misi dari pendidikan karakter tersebut. Pendidikan karakter ini bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhlak dan moral yang baik, untuk menciptakan kehidupan berbangsa yang adil, aman, dan makmur.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam melaksanakan pendidikan karakter siswa sekolah dasar di era society adalah dengan diharapakan mampu menghasilkan manausia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan berakhlak mulia, akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul di dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global.

Dengan ini maka peran sekolah sangatlah penting dalam usaha pembentukan karakter. Dalam konteks tersebut, pendidikan karakter merupakan usaha sekolah yang dilakukan secara bersama oleh guru, pimpinan sekolah dan warga sekolah, melalui kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak, atau kepribadian siswa melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama. Bagi yang beragama islam, mereka senantiasa menjadikan Al-Quran sebagai landasan untuk cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.

Metodologi dan Teori

Pada artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis menjelaskan mengenai artikel tentang pengaruh pendidikan karakter dan pendidikan agama terhadap moral siswa sekolah dasar di era society Ini merupakan suatu hal yang menarik untuk di analisis. Sumber data utama dari analisis ini adalah cara menganalisis permasalahannya kemudiaan menjelaskan dengan sumber kajian pustaka. Penulis mengambil data penelitian dengan data sekunder seperti jurnal, koran online, web, dan literature yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat. 

Hasil dan Pembahasan

1. Pendidikan Karakter

 Pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang memiliki sistem dan tujuan menanamkan suatu nilai-nilai karakter dalam diri anak sehingga nantinya bisa mmebentuk suatu perilaku atau tabiat yang baik. Manullang (2013) mngemukakan pengembangan dalam pendidikan karakter terdiri atas pengembangan sikap positif, pola pikir yang mendasar dan hakiki, komitmen yang berpegang teguh pada norma, dan komponen suatu kecakapan atau kecerdasan seseorang berlandaskan IESQ.

Karakter diartikan sebagai kepribadian, budi pekerti, perilaku, sifat tabiat, watak, temperamen. Adapun berkarakter berarti memiliki suatu kepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak. Manusia yang berkarakter baik adalah manusia yang berusaha untuk melakukan hal-hal terbaik bagi Tuhan, dirinya, sesama lingkungan, bangsa, dan negara serta dapat mengoptimalkan potensi (pengetahuan pada dirinya yang disertai kesadaran emosi dan motivasinya.

Pendidikan karakter harus ditanamkan dalam lingkungan keluarga maupun sekolah karena meningat perannya sangat penting dalam membentuk tabiat mulai dari masa kanak-kanak. Keberadaanya tidak hanya sekedar memancarkan kemilau pentingnya sebuah pendidikan karakter, tetapi juga bagaimana merealisasikan konsep pendidikan karakter dengan cara pembinaan, pelatihan dan pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan merata.

 Jika diteiliti pendidikan karakter mulai luntur dimana sistem pendidikan sekolah lebih mengutamakan pencapaiaan nilai akademis semata namun juga harus mengajar mendidik siswa dengan hati, merombak kurikulum, menanamkan nilai dan pendidikan karakter lebih dasar dan utama dibanding pendidikan skolastik. Hal ini perlu segera dilakukan untuk mempersiapkan tantangan global dan daya saing bangsa. Selain itu, sampai saat ini sumber daya manusia yang dihasilkan melalui pendidikan karakter di Indonesia masih belum mencerminkan cita-cita pendidikan seperti yang diharapkan dan tertuang dalam UU Sisdiknas No 20 tahun 2003. Banyak ditemukan siswa yang menyontek ketika sedang mengerjakan soal ujian, bersikap malas, acuh tak acuh, tawuran antarsesama siswa, melakukan pergaulan bebas, terlibat narkoba, munculnya budaya materialistis, individualis, egosentris, kurang peka, rendahnya kepedulian pada orang lain, sopan santun dan tata krama mulai ditinggalkan, berkurangnya rasa hormat kepada orang tua merupakan contoh kasus-kasus aktual yang tidak sedikitditemui dari para generasi muda.

Menurut Lickona melalui Sekar Purbarini Kawuryan (UNY) terdapat 11 prinsip agar pendidikan karakter dapat berjalan efektif sebagai berikut: (1) Mengembangkan nilai-nilai etika intidan kinerja inti sebagai pondasi karakter yang baik (2) Mendefinisikan karakter secar dalam dan luas dengan mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku, (3)Menggunkan pendekatan yang menyeluruh, disengaja, dan berintegrasi dalam pengembangan karakter, (4) Menciptakan lingkungan sekolah yang penuh perhatian, (5) Memberi siswa kesempatan untuk melakukan tindakan moral, (6)Membuat kurikulum yang menantang bagi peserta didik, mengembangkan karakter, dan membantu siswa untuk berhasil, (7) usahakan mendorong motivasi diri siswa, (8) libatkan staf sekolah sebagai komunitas pembelajaran dan moral untuk berbagi tanggung jawab dalam pendidikan karakter untuk ikut serta mematuhi nilai-nilai inti yang sama dalam membimbing pendidikan siswa, (9) Menumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral dan dukungan jangka panjang bagi pembangunan pendidikan karakter, (10)Melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai subjek dalam upaya pembangunan karakter, (11) evaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, dan sejauh mana siswa mewujudkan karakter yang baik.

2. Pendidikan Agama di Era Globalisasi

 “Pendidikan agama adalah pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menguasai ilmu tpengetahuan tentang agam. Dalam peraturan pemerintah RI dijelaskan mengenai pengertian tentang pendidikan keagamaan yaitu “pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut  penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama dan mengamalkan ajaran agamanya”

Pendidikan keagamaan pada anak lebih bersifat teladan atau peragaan, budi pekerti yang baik dapat ditumbuhkan dengan cara menyesuaikan dan mengintegrasikan diri dalam suatu suasana. Karena itu, latihan-latihan keagamaan dan pembiasaan itulah yang harus lebih ditonjolkan, misalnya latihan ibadah shalat, berdoa, membaca al-Qur’an, menghafal ayat atau surat-surat pendek, shalat berjamaah di masjid dan mushalla, dan sebagainya.

Seiring perkembangan zaman ini maka makna pendidikan agama menjadi berubah. Globalisasi adalah proses peradaban pertukaran pandangan dunia. Bentuk perubahan dalam globalisasi seperti terjadi dalam produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya. Kemajuan pembangunan dan pelayanan transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin mendorong saling bergantungan dengan aktivitas ekonomi dan budaya.

Globalisasi awalnya berkembang dalam hal transportasi dan komunikasi namun kini dampaknya telah dirasakan dalam berbagai sector baik politik, ekonomi, sosial, budaya, gaya hidup, perdagangan, agama, bahkan pendidikan. Ciri perkembangan globalisasi tersebut seperti ditandai dengan adanya kecepatan informasi komunikasi melalui internet, adanya perdagangan internasional sehingga produk ekonomi negara menjadi saling ketergantungan, dan peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media masa. 

Dampak yang dapat kita rasakan dalam pendidikan agama islam adalah tantangan menghadapi tantangan serius untuk tetap eksis di dunia pendidikan. Adapun tantangannya sebagai berikut: Pertama, orientasi dan tujuan pendidikan, kedua pengelolaan manajemen, Ketiga adalah hasil. Demi meningkatkan mutu pendidikan agama islam dapat dilakukan dengan mempersiapkan metode pembelajaran agama islam, materi pembelajaran agama islam, sumber daya guru agama, fasilitas kegiatan keagamaan, dan instrument penunjang.

 Diharapkan seiring perkembangan teknologi pendidikan agama tidak sebatas memainkan peran dengan pemahaman materi, teori namun sangat diharapakan perannya mampu membawa dampak khususnya terhadap karakter dan moral siswa, sehingga siswa secara optimal dapat menanamkan nilai-nilai moral sejak usia dini.

3. Dekadansi Moral Siswa Sekolah Dasar dan Penanggulangannya Melalui Pendidikan Karakter dan Pendidikan Agama.

Prof. Dr. Shafique Ali Khan Menurutnya, siswa adalah setiap orang yang datang ke suatu lembaga untuk mendapakan berbagai macam pendidikan, orang yang belajar ini disebut pelajar atau orang yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan latar belakang yang berbeda untuk mengembangkan pengetahuan dan moral pelaku belajar. 

Menurut Muhaimin Dkk, (2005) Siswa yakni ialah sebagai seseorang dengan nilai kemanusian sebagai makhluk sosial yang memiliki identitas moral. Moral dan pendidikan dalam jiwa seseorang tersebut perlu dikembangkan untuk untuk mencapai hasil yang ideal dan kriteria kehidupan sebagaimana bentuk yang manusia diharapkan oleh bangsa dan negara.  

Sedangkan Pengertian siswa sekolah dasar periode masa anak atau periode intelektual adalah seorang anak yang berusia antara 6 – 12 tahun dimana kemampuan otak anak untuk merespon sangat tingg sehingga dijadikan sebagai usia sekolah atau mulai mengenal pengetahuan lebih luas.

Usia masuk SD standartnya adalah usia 6-7 tahun dengan Karakteristik anak usia SD yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara langsung. Dengan karakteristik yang dimilikinya tersebut guru dapat berusaha  mengembangkan pembelajaran yang mengandugunsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan bekerja atau belajar  dalam  kelompok,  serta  memberikan  kesempatan  kepada  siswa  untuk  terlibat langsung dalam pembelajaran

Seiring perkembangan zaman maka pelan-pelan siswa sekolah dasar di Indonesia mengalami kemerosotan atau dekandasi moral. Dekadansi moral yaitu suatu kondisi dimana seseorang dan sekelompok masyarakat dalam lingkungannya tidak mematuhi standart moral yang telah ditetapkan dalam masyarakat yang berkaitan langsung dengan segala bentuk aktivitasnya. Hurlock dalam jurnal Taulabi (2019) menjelaskan bahwa dekradasi moral adalah suatu prosedur adat dimana perilaku seseorang dikendalikan oleh konsep moral tertentu dan telah menjadikan bagi kehidupan mereka sebagaimana harapan suatu kelompok sosial tertentu. Berkaitan dengan hal itu maka kondisis kesadaran masayarakat akan pentingnya moral perlu ditingktakan untuk membantu perkembangan moral siswa dalam kehidupan kesehariannya sehingga dapat membentuk pribadi yang baik. Bentuk dekadansi moral akhir ini seperti kekerasan, pencurian, mengabaikan aturan yang berlaku, ketidakteraturan, penyalahgunaan narkoba, penyimpangan seksual, sikap pengahncur diri, dan tindakan anarki. Berbagai indicator tersebut harys dipahami oleh semua pihak sehingga pembentukan moral siswa tidak sebatas dalam lingkup sekolah atau menajdi peran guru semata namun peran orang tua keluarga dan masyarakat menjadi hal yang sentral karena anak lebih banyak menghabiskan waktu bergaul, bermain, dan belajar dari lingkunga tersebut. Meskipun begitu peran guru di sekolah dalam menanamkan karakter dan moral yang baik harus tetap dimaksimalkan.

Sudah banyak kasus degradasi moral yang terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa pendidikan perlu adanya perbaikan dan mengoptimlkan kesadaran siswa akan pentingnya moral juga guru sebagai penuntun. Contoh kasus degradasi moral siswa seperti kasus pemukulan siswa terhadap guru hingga menyebabkan kematian oleh siswa SMAN 1 Torjun di Sampang, Madura. Sebab siswa tidak mau mematuhi instruksi yang diberikan oleh gurunya. Kasus berikutnya adalah tentang pelecahan seksual. Siswa kelas satu menjadi korban penganiayaan oleh 6 teman sekelas di Muara Bario Kuala Banjarmasin. Kasus lain dialami oleh Edi Gilang Febiyanto , siswa SMK Bina Insan Kamil Jatikramat Jakarta Korban perkelahian yang mati karena terkena semburan arit di lehernya saat ditengah aksi tawuran. Dengan munculnya berbagai problem tersebut maka asumsi dekadansi moral tidak bisa diabaikan, sehingga pendidik dan sekolah tidak mempunyai alasan untuk tidak mengajarkan pendidikan karakter secara terpusat, sitematis, dan integrasi.

Pendidikan moral dapat ditanamkan sejak siswa duduk di sekolah dasar. Salah satunya dengan jalu pendidikan karakter dan pendidikan agama yang mana memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan moral siswa saat ini apalagi era sekarang apapun dapat dilakukan dengan cepat berkat perkembangan teknologi informasi komunikasi berbagai kabar berita, hiburan, permainan dapat dengan mudah diakses melalui internet ini memiliki dampak besar terpengaruhnya siswa dengan segala dampak negative globalisasi sehingga moral siswa menjadi terpengaruh untuk melanggar etika demi mengikuti trend yang seharusnya tidak dilakukan oleh siswa. Era society satuan pendidikan pun dibutuhkan adanya perubahan paradigma pendidikan. Diantaranya pendidik meminimalkan peran sebagai learning material provider, pendidik menjadi penginspirasi bagi tumbuhnya kreativitas peserta didik. Pendidik berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk “Merdeka Belajar”. Juga, diharapkan pendidikan di era society tetap memaksimalkan mengembangakan moral siswa membawa kualitas pendidikan Indonesia lebih baik.

Melalui pendidikan karakter guru dapat menanmkan karakter yang baik melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan baik melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan, baik berupa nasehat, teguran, ataupun tinkah lakku guru menjadi contoh panutan mereka. Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai moral yang mulai luntur di lingkungan anak-anak sehingga dimasa mendatang anak-anak / siswa memiliki moral yang baik. Dalam Pendidikan karakter pelatihan moral siswa bisa dibentuk dengan :

1. Nilai agama (religious) sepeerti membiasakan murid mengawali doa sebelum memulai pelajaran.

2. Nilai Kejujuran dengan mengajarkan kejujuran tidak mencontek saat ulangan, mengerjakan PR, tidak mencuri uang teman.

3. Nilai Kemandirian dapat diajarkan dengan melatih siswa melakukan tanggung jawabnya secara mandiri, dan tidak menyontek ketika ulangan.

4. Nilai gender : mengajarkan tidak membedakan perlakuan antara siswa laki2 dan perempuan karena semua sama diamata guru dan memberikan kesempatan dan tugas yang setara.

5. Menanamkan untuk senantiasa menghargai pendapat teman

6. Nilai keadilan yaitu dengan tidak membedakan siswa berdasarkan tingkat kecerdasan, fisik, kemampuan, ras, suku, agama sehingga siswa merasa diperlakukan secara adil.

Nilai sosialitas seperti mengajarkan baris dengan tertib sebelum masuk kelas dengan membiasakan hal tersebut maka murid dapat melakukannya sendiri tanpa perlu diperintah guru. 

7. Daya Juang mengajarkan sikap berani dan suportif seperti di dalam kelas siswa diajarkan untuk berani maju atau berani berpendapat.

Dari peran pedidikan karakter banyak sekali dampak yang dapat dirasakan dalam perkembangan morla siswa, penanaman nilai-nilai moral bukan hanya dapat dilakukan saat proses belajar mengajar tetapi saat diluar jam kelas bisa dilakukan seperti dirumah dan dilingkungan masyarakat.

Kemudian Peran pendidikan agama Islam dalam mengatasi kemerosotan moral di masa pandemic covid-19 sangat penting dalam dunia Pendidikan, karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, di masa pandemic covid-19 yang semakin meningkat maka, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya, karena memiliki keahlian, kemampuan, dan perilaku yang pantas untuk dijadikan teladan

Dalam rangka mengatasi dan menekan angka kemerosotan moral siswa, maka ada beberapa langkah yang disarankan oleh peneliti sebagaimana yang tercantum dibawah ini :  

a. Siswa  Siswa sebagai subyek utama pelaku kemerosotan moral, maka siswa diharapkan untuk menanamkan kesadaran diri yang dibekali dengan nilai-nilai keagamaan

  b. Pihak Sekolah/Guru PAI  Guru sebagai tokoh pendidik sekaligus sumber ilmu, maka diharapkan dengan penuh kesabaran dan keuletannya dalam membimbing dan mengajarkan serta mengarahkan siswa kepada perilaku-perilaku yang dilandasi oleh akhlakul karimah. Kemudian pihak sekolah sebagai almamater diharapkan memberikan kegiatan-kegiatan positif kepada siswa sehingga waktu yang luang bisa  dimanfaatkan oleh siswa agar waktunya tidak tersita oleh kegiatan  atau hal-hal yang tidak bermanfaat.  

 .Pengaruh pendidikan agama terhadap moral siswa lebih pada perbaikan akhlak seperti dalam agama mengajarkan berbakti kepada orang tua, menghormati orang yang lebih tua, dilarang bicara yang tidak baik, dan senantiasa melaksanakan kewajiban sebagai seorang sisiwa dan anak.

 Karena pendidikan agama islam bertujuan untuk mendekatkan diri kepada tuhan dan mencerahkan kesadaran manusia maka perlu guru mengarahkan siswa pada tujuh kualitas yakni: 1). Keimanan, 2). Keyakinan pada diri sendiri, 3). Kejujuan, 4). Kebenaran, 5). Amanah, 6). Motivasi, dan 7). Kaih saying. Wujud dari hasil pendidikan terbut bisa dilihat dari penampilan moral siswa dalam kehidupan sehari-hari. Agar karakter dan moral siswa itu bisa terbentuk, maka diperlukan strategi yang tepat sehingga tujuan dari pendidikan agama Islam untuk 

mengembangkan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan sikap yang positif guna mewujudkan individu yang dewasa dan bertanggung jawab bisa dicapai.

Kesimpulan

 Pendidikan di Indonesia hingga saat ini belum mengalami suatu progress kemajuan, ditambah dengan degradasi atau kemerosotan moral siswa di sekolah. Dekadansi moral terjadi karena berbagai factor mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Keluarga seharusnya menjadi peran sentral dalam mengembangkan karakter dan moral yang baik terhadap anak namun ketika kelurga tidak mampu memberikan pendidikan karakter yang baik sekolah harus menjadi tameng utama dalam menumbuhkan karakter anak. Karakter dan moral anak dapat dikembangkan dengan berbagai cara diantaranya dapat dilakukan dengan melalui pendidikan karakter dan pendidikan agama.

Melalui pendidikan karakter guru dapat menanmkan karakter yang baik melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan baik melalui setiap mata pelajaran yang diajarkan, baik berupa nasehat, teguran, ataupun tinkah lakku guru menjadi contoh panutan mereka. Penanaman nilai-nilai moral bertujuan menanamkan nilai-nilai moral yang mulai luntur di lingkungan anak-anak sehingga dimasa mendatang anak-anak / siswa memiliki moral yang baik.

Kemudian dalam Dalam rangka mengatasi dan menekan angka kemerosotan moral siswa, maka ada beberapa langkah yang disarankan oleh peneliti sebagaimana yang tercantum dibawah ini : a. Siswa Siswa sebagai subyek utama pelaku kemerosotan moral, maka siswa diharapkan untuk menanamkan kesadaran diri yang dibekali dengan nilai-nilai keagamaan. b. Pihak Sekolah/Guru PAI Guru sebagai tokoh pendidik sekaligus sumber ilmu, maka diharapkan dengan penuh kesabaran dan keuletannya dalam membimbing dan mengajarkan serta mengarahkan siswa kepada perilaku-perilaku yang dilandasi oleh akhlakul karimah. Kemudian pihak sekolah sebagai almamater diharapkan memberikan kegiatan-kegiatan positif kepada siswa sehingga waktu yang luang bisa dimanfaatkan oleh siswa agar waktunya tidak tersita oleh kegiatan atau hal-hal yang tidak bermanfaat.  

Saran

Beberapa saran yang dapat diajukan oleh penulis sebagai berikut:

1. Bagi siswa, hendaknya siswa mampu memhami dan tumbuh kesadaran dalam diri sendiri tentang pentingnya moral serta perbuatan yang pantas dilakukan dan tidak.

2. Bagi guru, guru hendaknya bisa membimbing moral siswa dengan membekali dan memberikan pendidikan karakter dan agama secara optimal bukan hanya dalam pelajaran yang mencakup pemahaman teori namun juga dalam praktenya dengan memberikan contoh yang baik dalam keseharian perilaku di lingkungan sekolah. 












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Al-Qur'an Sebagai Pedoman Hidup

The Living Al-Qur’an di Nusantara

Sastra yang Bagus (Muhammad Iqbal)